Info Singasana – Sekaa Gong Wanita Jayaning Singasana ’’Iringi Bhakti Penganyar’’ di Pura Alas Purwo Alunan gamelan Bali yang merdu berpadu dengan aroma dupa dan suasana khusyuk upacara Bhakti Penganyar di Pura Alas Purwo, Senin Yang istimewa, iringan sakral tersebut dimainkan oleh para penabuh perempuan dari Sekaa Gong Wanita Jayaning Singasana, sebuah kelompok seni gamelan wanita yang kian dikenal karena dedikasinya dalam menjaga tradisi di tengah perkembangan zaman.
Perempuan dan Gamelan: Simbol Kesetaraan dalam Tradisi
Di tengah stigma bahwa gamelan Bali biasanya dimainkan oleh laki-laki, kehadiran Sekaa Gong Wanita Jayaning Singasana menjadi bukti nyata bahwa perempuan juga mampu tampil gagah di panggung budaya. Dengan busana adat Bali berwarna cerah, para perempuan itu menabuh gamelan dengan penuh penghayatan, menghasilkan harmoni yang menyatu dengan doa umat.
“Kami merasa terhormat bisa ngayah (mengabdi) di Pura Alas Purwo. Melalui gamelan, kami ikut mempersembahkan bhakti,” ujar Ni Made, salah satu anggota sekaa gong, sambil mengusap peluh setelah pertunjukan.
Bhakti Penganyar: Persembahan Setelah Hari Raya
Bhakti Penganyar merupakan salah satu tradisi penting dalam agama Hindu. Umat datang ke pura besar setelah perayaan hari raya, mempersembahkan doa, sesajen, dan karya seni sebagai ungkapan syukur sekaligus penghormatan kepada Sang Hyang Widhi.
Iringan gamelan dari Sekaa Gong Wanita Jayaning Singasana menambah kekhidmatan suasana. Setiap tabuhan tidak hanya sebatas musik, tetapi juga doa yang diwujudkan dalam nada dan irama.
Antusiasme Umat dan Wisatawan
Kehadiran sekaa gong wanita ini tak hanya menyedot perhatian umat yang hadir, tetapi juga para wisatawan yang kebetulan berkunjung ke kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Banyak yang terkesima melihat kekompakan para penabuh wanita, yang memainkan instrumen berat seperti kendang, gong, dan jegogan dengan penuh semangat.
“Luar biasa, jarang sekali saya melihat grup gamelan yang semuanya wanita. Tabuhannya kuat, tapi tetap anggun,” ujar seorang wisatawan asal Surabaya.
Harmoni Tradisi dan Modernitas
Sekaa Gong Wanita Jayaning Singasana berdiri dengan tujuan melestarikan seni gamelan sekaligus membuka ruang bagi perempuan untuk tampil di panggung budaya. Meski beranggotakan ibu rumah tangga, pelajar, hingga pekerja, mereka mampu menyisihkan waktu untuk berlatih secara rutin.
“Kami ingin membuktikan bahwa perempuan bisa menjadi penjaga budaya, bukan sekadar penonton. Lewat gamelan, kami menjaga warisan leluhur agar tidak punah,” kata ketua sekaa gong.
Apresiasi dan Harapan
Para tokoh adat serta pengurus pura memberikan apresiasi tinggi atas penampilan ini. Menurut mereka, hadirnya sekaa gong wanita menambah semarak Bhakti Penganyar sekaligus memberi inspirasi tentang peran perempuan dalam kehidupan spiritual dan budaya.
“Kehadiran mereka adalah bentuk ngayah yang tulus. Kami berharap generasi muda, khususnya perempuan, semakin percaya diri untuk ikut melestarikan kesenian tradisional,” ujar salah satu pengemong pura.
Nada yang Jadi Doa
Bagi Sekaa Gong Wanita Jayaning Singasana, setiap pukulan gamelan bukan sekadar nada, tetapi doa yang dipersembahkan kepada Sang Hyang Widhi.















