Singasa- Koster memberikan tantangan keras kepada Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra dan Wakil Bupati Gede Supriatna. Pasangan petahana ini dinilai kurang maksimal dalam membawa PDIP meraih kursi legislatif di Buleleng pada Pemilu 2024 lalu.
Padahal, sebagai kader senior dan pengurus partai, keduanya diharapkan mampu meningkatkan elektabilitas PDIP di daerah. Namun, hasil Pemilu 2024 justru hanya membuahkan 18 kursi dari total 45 kursi DPRD Buleleng.
“2029 harus jadi 25 kursi!” tegas Koster saat membuka Lomba Mixology Arak Bali di RTH Bung Karno, Buleleng, Jumat (20/6/2025).
Target 25 Kursi atau Konsekuensi Politik Berat
Koster tak main-main. Ia memberikan ultimatum tegas: jika Sutjidra dan Supriatna gagal menaikkan perolehan kursi PDIP menjadi 25 kursi pada Pemilu 2029, maka mereka tidak akan direkomendasikan untuk maju kembali di Pilkada 2029.
“Kalau tidak sampai 25 kursi, cukup 1 periode saja. Hitungannya kita riil. Tunjukkan prestasi nyata!” tegas mantan Gubernur Bali itu.
Koster membandingkan dengan kabupaten lain seperti Tabanan, di mana Ketua DPC PDIP I Komang Gede Sanjaya berhasil meningkatkan perolehan kursi dari 27 (2019) menjadi 31 (2024). Sementara Buleleng dinilai “lembek” dalam pergerakan politiknya.
Sutjidra dan Supriatna Dianggap Memiliki Peran Kunci
Kedua petahana ini memang memegang posisi strategis di internal PDIP Buleleng. Gede Supriatna saat ini menjabat sebagai Ketua DPC PDIP Buleleng, sementara Nyoman Sutjidra adalah Ketua Bappilu (Badan Pemenangan Pemilu).
“Ini tugas Sutjidra dan Gede Supit. Dapat 18 dari 45, aduh lembek!” kritik Koster.

Baca Juga : Jaksa Eksekusi Korupsi Dana LPD Jembrana
Ia menegaskan, Buleleng harus lebih progresif seperti daerah lain di Bali yang sudah menunjukkan peningkatan signifikan, seperti Gianyar, Klungkung, Jembrana, dan Denpasar.
Menanggapi ultimatum tersebut, Ketua DPC PDIP Buleleng, Gede Supriatna, mengaku siap bekerja keras meski mengakui tantangannya tidak mudah.
“Situasi politik di Buleleng lebih demokratis dan terbuka. Kami akan berusaha keras mencapai target itu,” ujarnya.
Supriatna menyatakan telah menyiapkan strategi jangka panjang, termasuk penguatan basis massa dan program nyata untuk masyarakat. “Politik itu bukan hanya saat pemilu, tapi kerja setiap hari,” tegasnya.
Politik Tanpa Kompromi, PDIP Bali Pertahankan Dominasi
Ultimatum Koster ini menunjukkan disiplin partai yang ketat dalam menjaga elektabilitas PDIP di Bali. Buleleng, sebagai kabupaten terbesar di Bali, dinilai masih memiliki potensi besar untuk dikuasai PDIP jika strateginya tepat.
Jika Sutjidra dan Supriatna gagal memenuhi target, bukan tidak mungkin PDIP akan mencalonkan kader baru yang dianggap lebih kompeten di Pilkada 2029 mendatang.
















