Singasana- kapal penyeberangan kandas dalam waktu seminggu. Kondisi perairan yang dinamis dan arus kuat menjadi penyebab utama insiden ini, memaksa tim SAR bergerak cepat untuk menyelamatkan puluhan penumpang.
Dua Kapal Kandas dalam Seminggu, Selat Bali Kembali Jadi Sorotan
Pada Minggu (22/6/2025), KMP Gerbang Samudra 2 dilaporkan kandas di perairan Gilimanuk. Tak sampai 24 jam kemudian, KMP Agung Samudra IX mengalami nasib serupa pada Senin (23/6/2025) sore.
Kapal yang mengangkut 96 penumpang beserta puluhan kendaraan itu sebenarnya sudah berada di ujung perjalanan, hanya 100 meter dari dermaga LCM Pelabuhan Gilimanuk. Namun, saat melakukan manuver terakhir untuk bersandar, justru terperosok di perairan dangkal dan terjebak di dasar laut.
Evakuasi Penumpang dan Upaya Membebaskan Kapal
Komandan Pos AL Gilimanuk, Letda Laut (P) Bayu Primanto, menjelaskan bahwa tim sudah berusaha menarik dengan bantuan kapal lain, namun upaya tersebut belum berhasil.
“Kami sudah mengerahkan KMP Agung Samudra XVIII untuk membantu, tapi masih terjebak. Sebagai langkah darurat, kami mulai mengevakuasi penumpang menggunakan perahu karet,” ujarnya.
Proses evakuasi dilakukan oleh tim gabungan TNI AL, Basarnas, dan otoritas pelabuhan. Meski tidak dalam kondisi tenggelam, risiko terguling atau terdampar lebih dalam tetap ada, sehingga evakuasi menjadi prioritas utama.

Baca Juga: Kebakaran Kandang Ayam di Karangasem Puluhan Ribu Ayam Hangus, Kerugian Capai Miliaran Rupiah
Arus Kuat dan Kondisi Perairan yang Berubah
Selat Bali dikenal memiliki arus yang kuat dan kedalaman yang berubah-ubah akibat sedimentasi. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab kandasnya kapal antara lain:
-
Perubahan Dasar Laut – Akibat sedimentasi, jalur pelayaran yang biasanya aman bisa menjadi dangkal secara tiba-tiba.
-
Kesalahan Manuver – Saat mendekati dermaga, harus menyesuaikan kecepatan dan arah dengan tepat. Jika tidak, risiko kandas meningkat.
-
Pengaruh Cuaca dan Pasang Surut – Gelombang tinggi dan arus deras dapat menggeser posisi kapal, terutama saat bermanuver di perairan sempit.
Insiden ini memicu pertanyaan tentang kesiapan infrastruktur dan prosedur keselamatan di Selat Bali. Beberapa langkah yang diusulkan antara lain:
-
Pemetaan ulang kedalaman laut secara berkala untuk memastikan jalur pelayaran aman.
-
Peningkatan sistem navigasi kapal, termasuk pemasangan alat pendeteksi kedalaman (echosounder) yang lebih akurat.
-
Pelatihan awak kapal dalam menghadapi kondisi darurat, terutama di perairan berarus kuat.
Meski tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, kejadian serupa harus dicegah di masa depan. Selat Bali adalah salah satu jalur penyeberangan tersibuk di Indonesia, dengan ribuan penumpang setiap harinya.
Dengan koordinasi yang baik antara operator kapal, otoritas pelabuhan, dan instansi terkait, risiko kecelakaan dapat diminimalisir. Masyarakat juga diimbau untuk tetap tenang dan mengikuti instruksi petugas jika terjadi keadaan darurat di kapal.
Tim SAR masih terus bekerja hingga malam ini, berupaya membebaskan KMP Agung Samudra IX dan memastikan semua penumpang serta kendaraan dapat turun dengan selamat.














