Festival Jatiluwih 2025: Merayakan Harmoni Budaya dan Alam di Bali
Info Singasana– Festival Jatiluwih 2025 resmi dibuka pada Sabtu , dengan semarak di Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, Penebel, Tabanan. Mengusung tema “Grow With Nature”, festival edisi keenam ini tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga perayaan kehidupan yang menyatu dengan alam.
Selama dua hari, pengunjung disuguhi berbagai pertunjukan seni, kuliner lokal, serta aktivitas edukatif yang mendekatkan mereka dengan keindahan alam Jatiluwih. Namun, di balik kesuksesan penyelenggaraannya, muncul harapan agar festival ini bisa diperpanjang durasinya, bahkan hingga sebulan penuh.
“Grow With Nature”: Tema yang Menginspirasi
Manajer DTW Jatiluwih, I Ketut Purna, menjelaskan bahwa tema “Grow With Nature” dipilih untuk mencerminkan filosofi hidup masyarakat Bali yang berkembang tanpa meninggalkan akar budaya dan alam.
“Pertumbuhan sejati bukan berasal dari eksploitasi, melainkan dari hidup yang selaras dengan alam. Festival ini adalah wujud nyata bahwa kita bisa maju tanpa merusak warisan leluhur,” ujar Purna.
Baca Juga: Kedai Singasana Tabanan Tempat Nongkrong Murah dengan Misi Sosial untuk Gereja
Festival ini juga menjadi wadah pemberdayaan masyarakat lokal. Puluhan UMKM diberi kesempatan untuk memamerkan produk mereka, mulai dari kerajinan tangan, hasil pertanian organik, hingga kuliner khas Tabanan.
Bupati Tabanan Usulkan Festival Diperpanjang Hingga Sebulan
Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya, menyampaikan keinginannya agar Festival Jatiluwih tidak hanya berlangsung dua hari, melainkan bisa digelar lebih lama—bahkan hingga sebulan.
“Ke depan, festival ini bisa menjadi event mingguan atau bulanan. Dengan memperbanyak stan UMKM, workshop bercocok tanam, pengenalan sistem subak, dan bazar kuliner, kita bisa menarik lebih banyak wisatawan,” ujar Sanjaya.
Ia menekankan bahwa pariwisata berkelanjutan harus melibatkan masyarakat setempat. “Jika pariwisata pro terhadap warga lokal, maka industri ini akan tumbuh dengan sendirinya,” tambahnya.
Deputi Pemasaran Kementerian Pariwisata, Ni Made Ayu Martini, mendorong agar Festival Jatiluwih dijadikan agenda tahunan yang lebih megah. Ia mengapresiasi warisan budaya subak yang telah diakui UNESCO dan berharap festival ini bisa memperkenalkan Jatiluwih ke kancah internasional.
“Mendapat penghargaan dari UNESCO bukan berarti kita bisa berleha-leha. Justru ini adalah tanggung jawab besar untuk menjaga kelestarian Jatiluwih sebagai destinasi wisata berkelanjutan,” tegas Martini.
Apa Saja yang Bisa Dinikmati di Festival Jatiluwih 2025?
-
Pertunjukan Seni & Budaya
-
Tarian tradisional Bali seperti Legong, Kecak, dan Barong
-
Musik gamelan dan parade budaya
-
Pagelaran teater bertema alam
-
-
Workshop & Edukasi
-
Pengenalan sistem subak, warisan budaya dunia UNESCO
-
Workshop bercocok tanam dan pertanian organik
-
Diskusi pariwisata berkelanjutan
-
-
Bazar Kuliner & UMKM
-
Makanan khas Bali seperti ayam betutu, lawar, dan sate lilit
-
Produk lokal seperti kopi, madu, dan kerajinan tangan
-
Demo masak oleh chef lokal
-
-
Ekowisata & Aktivitas Alam
-
Trekking di sawah terasering Jatiluwih
-
Bersepeda menyusuri jalur hijau
-
Pemutaran film dokumenter tentang lingkungan
-
Festival Jatiluwih: Dari Lokal Mendunia
Dengan dukungan penuh dari pemerintah daerah dan Kementerian Pariwisata, Festival Jatiluwih 2025 diharapkan tidak hanya menjadi daya tarik wisatawan domestik, tetapi juga mancanegara. Jika usulan perpanjangan durasi festival terealisasi, Jatiluwih bisa menjadi salah satu festival terbesar di Bali yang menggabungkan budaya, alam, dan ekonomi kreatif.
